Kecemasan
Kecemasan mempengaruhi sikap hidup seseorang. Perasaan cemas yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai penyakit. Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang, Amsal 17:22.
Penyebab perasaan cemas, karena :
- tidak memiliki kehidupan yang intim dengan Allah,
- sifat manusia yang lebih dominan daripada sifat kerohaniaannya, tidak bisa mengendalikan emosi jiwanya dengan baik, contoh : Raja Daud dalam kisah di Maz. 55:3-9,
- tidak memiliki makna hidup yang sesungguhnya (Lukas 21:26),
- mencari jalan keluar sendiri, okultisme ( I Sam. 28:7-8, Ul. 18:10-13 ).
Solusi :
- mencari pertolongan kepada sumber pertolongan yaitu Allah saja.
Hendaklah kita menghargai Allah dan hidup kita sehingga kita tidak perlu cemas karena karya penebusan Yesus sebagai jaminan hidup kita (Mat. 7:6). Yesus telah menawarkan pertolongan bagi kita, Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu (Mat. 11:28).
Adakalanya kita tetap berdoa dan berpuasa ketika menghadapi segala pergumulan hidup, Maz. 107:6, 13.
Ada masa depan yang Tuhan jajikan dalam hidup kita, Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang (Amsal 23:18), demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer. 29:11), amin.
Ringkasan kotbah,
dibawakan oleh : Pdt. Drs. Daniel Batubara, MA